[ p e r s i m p a n g a n   m i m p i ] “Nurmala adalah tembok yang kukuh Kal...”  Kilahnya diplomatis “Dan usahaku ibarat melem...

[ P e r s i m p a n g a n M i m p i ]

[ p e r s i m p a n g a n   m i m p i ]


“Nurmala adalah tembok yang kukuh Kal...” Kilahnya diplomatis
“Dan usahaku ibarat melemparkan lumpur ke tembok itu.” Sambungnya optimis
“Kau sangka tembok itu akan roboh dengan lemparan lumpur?” Tanyanya retoris
“Tidak akan! Tapi lumpur itu akan membekas disana, apapun yang kulakukan, walaupun ditolak mentah-mentah akan membekas di hatinya.” (Sang Pemimpi)




Sungguh pemilik semesta sedang mengujiku kali ini
Seberapa kuat aku bisa memecahkan rekorku untuk tak menangis seperti tahun sebelumnya
Manusia sepertiku memang hanya bisa mengikuti skenarioNya.
.
.
.

Kau mungkin tak bisa menebaku dimana sekarang
Bukan,
Bukan dikedai kopi,
Aku tak punya cukup uang untuk itu:"
Ya, Aku punya tempat pelarian sekarang
Tempatnya tak begitu luas
tapi, bisa membuatku bisa menatap langit dengan bebas
sebuah atap rumah berlantai dua milik saudaraku yang terhenti karena masalah dana
Seseorang menunjukannya padaku
Gadis cilik perempuan itu, sungguh aku menyukainya dan sepertinya melebihi rasa sayangku pada adik perempuanku sendiri yang begitu membenci kakaknya ini
Memang kuakui aku kakak yang buruk.

Sore ini tangisku masih saja pecah
Setelah mengetahui semua rencana yang telah kususun rapi, bahkan mungkin impianku selama ini.

"Mb, kenapa nangis?" tanyanya dengan tulus sambil menatapku
" Hehehehe, kepo deh?" sambil kupencet hidungnya yang mungil

Kalau kau bertanya siapa dia yang menemaniku saat ini, dia anak kecil dekat rumahku yang dengan polosnya mengajaku bersepeda saat tak sengaja aku melamun diteras rumah.
Ah, Tuhan kutau Kau mengirimkannya untukku.

Ya memang kuakui ujian kali ini sangat menguji mentalku
Rencana cadangan, malah jadi takdir yang mungkin sudah digariskan Tuhan padaku.
Ah entah sejak kapan aku mempersiapkannya
Sejak kapan hal ini begitu menyesakan
Bahkan untuk menuliskannya saat ini masih saja ada air mata yang menyertainya
Ya Tuhan, Kau tau aku benci menangis, tapi akhir akhir ini kau memintaku untuk terus mengeluarkannya. 

Melihat teman-teman yang sibuk mempersiapkan mimpi mereka dengan ambisi yang menggebu-gebu
Membaca jadwal tst di grup whatsapp
Melihat selebaran tryout yang begitu banyak.
Mengingatkanku pada diriku berjam jam yang lalu
Melihatku yang sangat semangat pergi ke tempat bimbel, sampai sampai mereka menjadi seperti keluargaku sendiri.
Dan saat ini yang ada hanyalah melihat diriku yang tak tau harus berbuat apa.
Sambil sesekali membayangkan rasanya nanti saat melihat teman-teman terbaikku mengenakan almamater impian mereka.

Ya Tuhan, Aku manusia yang kurang bersyukur.
Tapi Tuhan, boleh ku minta sekali lagi?
Tolong berikan yang terbaik untuk mereka yang sangat berarti 
Kutaksabar untuk menyelamatinya. 

dan untuk diriku sendiri
tak apa, rasakan saja sesaknya
mungkin hanya kau yang beruntung bisa merasakannya
tata kembali mimpi yang pernah kau rajut sebelumnya
tetap menjadi wanita yang berambisi
kau tak suka menjadi dirimu sekarang bukan?
kalau perlu kubelikan coklat untuk menawarkan semua yang kau rasa
tak perlu berharap seseorang yang kau pedulikan memperdulikanmu
harap harap akan tetap menjadi harap
semua akan tetap sama
Tuhan akan menunjukannmu dipersimpangan mempimu :)





“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalab sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetabui.
” (QS. Al-Baqarah: 216)





0 comments: