APATIS     Kereta dari purwosari kembali berjalan setelah seluruh penumpang dipastikan masuk gerbong kereta. Aku yang sudah nyaman ...

APATIS



APATIS



   Kereta dari purwosari kembali berjalan setelah seluruh penumpang dipastikan masuk gerbong kereta. Aku yang sudah nyaman duduk di tempat duduku agak terusik dengan para penumpang yang baru masuk. Berdiri berderet seperti biasanya. Agaknya memang tempat duduk selalu habis pada pemberhentian pertama.

Sedetik kemudian , ibu ibu paruh baya berhenti tepat didepan ditempat duduku. Berdiri tergopoh gopoh membawa koper besar. Pikiran baik dan buruk merajai otakku. Aku berada dalam dua pilihan , memberikan tempat duduk yang sudah susah kudapatkan dari stasiun balapan atau tetap membiarkan ibu itu berdiri didepanku.

Aku melihat sekitar. Para penumpang Duduk diam, berpura-pura tidak perduli Menebalkan telinga, berharap tidak mendengar Mengalihkan pandangan. Mengencangkan earphone lalu pura pura tertidur.

Lalu ibu ibu didepanku berdiri lalu menawarkan ibu paruh baya itu duduk. Sontak aku merasa , aku terlalu apatis untuk tetap diam.

"Bu,silahkan duduk , saya saja yang berdiri" Aku buru buru mempersilahkan ibu itu untuk duduk ditempatku. Pikirku ah tak apa, berdesak desakan sebentar , mungkin nanti di klaten ada tempat kosong.

Aku kembali membenamkan earphone, dan mendengarkan lagu fiersa yang sedari tadi kuputar.

Sekitar 20 menitan, akhirnya ada tempat duduk kosong. Sontak aku berebut kembali untuk duduk. Yash berhasil. Tak berapa lama, 1 menitan , kembali ibu ibu berdiri di samping tempat duduku.

Aku kembali melihat sekitar, dan masih sama. Tak ada yang peduli. Dasar apatis pikirku, banyak mas mas yang duduk melihat tapi tak melakukan apapun.
Aku kembali memberikan tempat duduku pada ibu ibu itu.

Ah yasudah, lebih baik begini daripada jadi manusia apatis tak berhati.
Karena kadang
Tidak perlu menjelaskan apapun kepada siapapun. Karena terkadang semesta bekerjasama dengan ketidakpedulian, menjadi satu dengan pengabaian.

0 comments: