Hi, kembali lagi dengan perjalanan pendewasaan,
Setiap hari bagai daun jatuh tertiup angin,
Waktu berlari seperti aliran sungai yang tak henti mencari muara,
Membawa kita pada liku-liku yang tak terduga.
Dalam sekejap, senyum merekah bagai bunga di musim semi,
Namun, di detik berikutnya, air mata turun seperti hujan deras di musim kemarau.
Fase pertama, kita menggugat langit yang bisu,
Fase kedua, cermin menjadi lawan yang kejam.
Dan di fase terakhir, kita belajar menari di atas luka,
Menerima bahwa badai adalah bagian dari tarian hidup ini.
Menjadi dewasa, seperti memikul gunung di atas punggung,
Tangis yang terpendam hingga suara pun tercekat,
Ekspektasi yang kita pelihara seperti bibit di ladang,
Kadang layu sebelum sempat berbuah.
Dewasa, tak lagi soal diri sendiri,
Ada cahaya mata orang tua yang menanti bahagia,
Ada ladang kehidupan yang harus dijaga.
Namun, percayalah, kamu adalah perahu yang kuat,
Mengarungi lautan hidup, menuju pelabuhan yang penuh harapan.

0 comments: